GAGAL ITU INDAH
Tak banyak yang ingin bergabung
dengan dunia politik, apalagi politik dalam kampus. Banyak mahasiswa yang hanya
ingin duduk dibangku kuliah untuk tujuan belajar semata, ada juga yang
bergabung dengan organisasi-organisasi yang mengasah bakat serta keterampilan,
ada juga yang lebih memilih untuk bersegera mencari nafkah untuk tabungan masa
depannya, semua itu memang pilihan yang terbaik untuk diri invidu
masing-masing.
Dunia politik itu terkadang hanya
dianggap sebagai bagian pemecah belah mahasiswa atau peperangan persepsi
pemikiran semata. Tapi jauh didalamnya perpolitikkan dalam kampus yang memang
banyak digeluti dari mahasiswa yang tergabung dalam organisasi-organisasi
ekstra kampus memiliki makna yang lebih besar.
Tapi jauh dari tujuan yang
berbeda-beda, rasa persatuan harus tetap dipegang tanpa ada maksud untuk
menindas atau merampas hak orang lain.
Dibalik itu semua semangat
perjuangan kami memang tak terfokus dalam urusan pribadi saja, tetapi lebih
dari itu untuk kebaikan bersama. Berpolitik itu bukan untuk membuktikkan siapa
yang menang tau sapa yang kalah, tapi berpolitik itu menjaga agar kepemimpinan
tidak dipegang oleh orang yang salah atau memiliki cara kepemimpinan yang tidak
benar.
Hal yang selama ini aku pikirkan
itu tercapai sebagai pengalaman yang besar yang pernah aku dapat. Sedikit
mendadak dan terkejut ketika amanah itu sampai, ketika aku dimintai tolong tiga
hari sebelum pendaftaran menjadi pemimpin ditutup oleh KPURM.
Gejolak hati selalu ada, pikiran
yang menganggu selalu ada. Hari itu merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh
kader dalam satu naungan partai Cemerlang. Ketika deklarasi akhirnya
teramanahkan aku untuk mendampingi mas Slamet muridan untuk maju dalam Pilpres
BEM IAIN Surakarta.
Dalam perjalanannya mendaftarkan
diri tiga pasang calon capres dan cawapres , saudara Anshori dan Rizal maulana,
Sahabat Ali Muhsin dan Ahmad Muzaki, serta Slamet-Muridan dan aku. Gejolak itu
selalu ada dari masa pendaftaran, technical meeting dan deklarasi. Tapi jauh
dari itu semuanya merupakan pertemanan yang takkan terlupakan.
Tanggal 3 Desember merupakan hari
yang bersejarah, dimana pemilihan dilkukan dalam gejolak perpolitikkan kampus
yang dalam suasana baru. Yang paling utama kesedihan itu muncul dimana tahun
ini merupakan tahun terputusnya rantai perjuangan kami. Kami hanya memperoleh
sekitar 1492 suara kalah suara dari PPWP
nomor 2 yang memperoleh 1711 suara.
Tapi dibalik itu semua namanya
amanah adalah titipan, yang tidak bisa diminta ataupun ditolak. Dibalik itu
semua tahun merupakan tahun dimana bersatunya kader-kader yang luar biasa,
dimana keihklasan dan wajah optimis itu selalu mincul.
Kesedihan hanya bumbu yang lewat
dimata sesaat saja, optimism perjuangan bukan hanya lewat pimpinan tertinggi
tapi masih luas, karena kampus IAIN Surakarta nerupakan kampus yang luas.
Target pengkaderan harus lebih maksimal. 500 kader dan simpatisan harus dicapai
lewat tahun ini. Masih banyak jalan yang bisa kami capai.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar