Kamis, 10 Desember 2015

GAGAL Itu Indah


GAGAL ITU INDAH
Tak banyak yang ingin bergabung dengan dunia politik, apalagi politik dalam kampus. Banyak mahasiswa yang hanya ingin duduk dibangku kuliah untuk tujuan belajar semata, ada juga yang bergabung dengan organisasi-organisasi yang mengasah bakat serta keterampilan, ada juga yang lebih memilih untuk bersegera mencari nafkah untuk tabungan masa depannya, semua itu memang pilihan yang terbaik untuk diri invidu masing-masing.
Dunia politik itu terkadang hanya dianggap sebagai bagian pemecah belah mahasiswa atau peperangan persepsi pemikiran semata. Tapi jauh didalamnya perpolitikkan dalam kampus yang memang banyak digeluti dari mahasiswa yang tergabung dalam organisasi-organisasi ekstra kampus memiliki makna yang lebih besar.
Tapi jauh dari tujuan yang berbeda-beda, rasa persatuan harus tetap dipegang tanpa ada maksud untuk menindas atau merampas hak orang lain.
Dibalik itu semua semangat perjuangan kami memang tak terfokus dalam urusan pribadi saja, tetapi lebih dari itu untuk kebaikan bersama. Berpolitik itu bukan untuk membuktikkan siapa yang menang tau sapa yang kalah, tapi berpolitik itu menjaga agar kepemimpinan tidak dipegang oleh orang yang salah atau memiliki cara kepemimpinan yang tidak benar.
Hal yang selama ini aku pikirkan itu tercapai sebagai pengalaman yang besar yang pernah aku dapat. Sedikit mendadak dan terkejut ketika amanah itu sampai, ketika aku dimintai tolong tiga hari sebelum pendaftaran menjadi pemimpin ditutup oleh KPURM.
Gejolak hati selalu ada, pikiran yang menganggu selalu ada. Hari itu merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh kader dalam satu naungan partai Cemerlang. Ketika deklarasi akhirnya teramanahkan aku untuk mendampingi mas Slamet muridan untuk maju dalam Pilpres BEM IAIN Surakarta.
Dalam perjalanannya mendaftarkan diri tiga pasang calon capres dan cawapres , saudara Anshori dan Rizal maulana, Sahabat Ali Muhsin dan Ahmad Muzaki, serta Slamet-Muridan dan aku. Gejolak itu selalu ada dari masa pendaftaran, technical meeting dan deklarasi. Tapi jauh dari itu semuanya merupakan pertemanan yang takkan terlupakan.
Tanggal 3 Desember merupakan hari yang bersejarah, dimana pemilihan dilkukan dalam gejolak perpolitikkan kampus yang dalam suasana baru. Yang paling utama kesedihan itu muncul dimana tahun ini merupakan tahun terputusnya rantai perjuangan kami. Kami hanya memperoleh sekitar 1492 suara kalah  suara dari PPWP nomor 2 yang memperoleh 1711 suara.
Tapi dibalik itu semua namanya amanah adalah titipan, yang tidak bisa diminta ataupun ditolak. Dibalik itu semua tahun merupakan tahun dimana bersatunya kader-kader yang luar biasa, dimana keihklasan dan wajah optimis itu selalu mincul.
Kesedihan hanya bumbu yang lewat dimata sesaat saja, optimism perjuangan bukan hanya lewat pimpinan tertinggi tapi masih luas, karena kampus IAIN Surakarta nerupakan kampus yang luas. Target pengkaderan harus lebih maksimal. 500 kader dan simpatisan harus dicapai lewat tahun ini. Masih banyak jalan yang bisa kami capai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar