Perjalanan
panjang dengan lika-liku dan onak berduri telah dilewati oleh sepenggal kepala
mahasiswa rantau ditanah pergerakan. Ditengh hiruk-pikuk suara menggerogoti
anak-anak pengepal dan penggengam tangan tanda perjuangan, dia siap menerjang
segala hambatan yang ada. Walau dihatinya masih ada keraguan apakah dia mampu
atay tidak menjalankan itu semua, yang dia tahu berjuang itu menyamakan satu
tujuan untuk mendapatkan keberkahan dengan menghindari perbedaan keyakinan atau
pilihan dihati masing-masing. Perjuangan boleh sama tapi hati orang itu
berbeda-beda pendapat. Selama ini dengan pilihan yang berbeda ditengah
keyakinan yang berbeda pula dijalaninya menjadi mahasiswa jalanan. Berjalan
panjang bukan tanpa tujuan tapi bukan
uang pula yang kita cari.
Dari
tukang gambar, coret-coret kertas, badut percontohan, nyanyi-nyanyi, sampai
yang manggung segerombolan mahasiswa jalanan pernah dilewati walau belum sampai
besar-besar yang penting sudah dijalani. Menjadi mahasiswa jalanan bukan
sekedar mencari perhatian atau eksis aja dijalanan, tapi mahasiswa jalanan juga
menjadi tempat latihan kita untuk berani mengutarakan kebenaran berani bicara
berarti kita berani bertanggung jawab.
Menjadi
mahasiswa jalanan tidak harus bernyanyi atau menari mencari perhatian. Tapi
kita bisa ikut memberikan andil diri saja sebagai bentuk kita mendukung sebuah
perjuangan dari teman-teman kita yang suka usil. Karena mahasiswa jalanan
memiliki banyak arti dan kriteria. Tak bisa dikatakan mahasiswa jalanan kalau
suka ngerusak, rusuh, atau buang sampah habis jalan-jalan dijalanan.
Mahasiswa
jalanan adalah para pemuda yang mencoba membantu para bapaknya untuk mengurus
negeri ini dan memaksa mereka untuk ikut jiwa muda mereka yang sedang
bergejolak demi perjuangan bersama untuk Indonesia yang lebih bukan yang
kurang, seperti orang-orang zaman sekarang yang lebih mementingkan bangsa
lain dari pada bangsanya sendiri. Itulah
sepenggal kisah yang aku punya saat masih suka jalan-jalan dijalanan rame-rame
pastinya.
Sampai
saatnya hari penghakiman pun datang diri ini dihadapkan dengan dua pilihan yang
menantang, memilih tujuan bersama atau tetap memegang teguh pendirian. Sulit
untuk memilih diantaranya, karena semua sama-sama penting bagiku. Setelah
melewati perbincangan yang sangat mendalam dan panjang disitulah jalan keluar
terbuka dimana aku harus meletakkan diriku yang sebenarnya.
Sudah
cukuplah diriku ini menjadi bagian dari mahasiswa jalanan yang selalu aktif
berjuang membela saudaranya. Ketika hati dan pikiran sudah tak lagi menyatu
bukan perbedaan masalah tujuan tapi sekali lagi ini adalah perbedaan hati dalam
mengambil sikap pada diri sendiri, tapi diri ini lebih tau yang terbaik untuk
dirinya sendiri. Bukan hanya dari ukuran karier atau derajat tapi ketenangan
hati dan jiwa pun harus dipikirkan.
Sayang-seribu
sayang keputusan yang aku ambil, tapi dibalik sayang itu ada pilihan yang
terbaik buat diriku ini. Terkadang rasa rindu itu memang ada, rasa takut
ditinggalkan pun pasti ada. Tapi yang membuatku masih bulat memegang teguh hal
ini adalah motivasiku untuk mencari zona nyaman dikehidupanku sebagai mahasiswa
yang baru, bukan baru angkatannya tapi baru niatnya.
Jauh-jauh
hari memang pernah aku mencoba mereka-reka apa yang akan aku pilih, ya memang
keteguhan hatiku berada ditempat yang sebenarnya. Walaupun banyak
bidadari-bidari yang mencoba menawarkan kebaikan padaku dan ingin memperbaiki
bahkan menyembuhkanku, aku tidak bisa merubah jalan pikiranku ini. Karena
memang sudah menjadi sebuah perjalanan yang ingin aku lewati ya jalan seperti
ini.
Memang
sekarang ini duniaku bagaikan tanah beribu tuan, disetiap sudut sudah ada
pemiliknya. Sekali memakai harus berlabel dulu. Nah sekarang kalau bukan
apa-apa dan siapa-siapa mau apalagi. Nasibku ini sekarang yang ada di dalam
genggaman tanganku sendiri, mau maju ya aku yang buat, mau mundur ya di kos
saja.
Ada
beberapa pilihan bagi mantan mahasiswa jalanan sepertiku, menjadi mahasiswa
akademis sampai nilainya cumlaude, ikut jalan mahasiswa yang lain di sudut
tanah yang lain, menjalani kehidupan baru diluar kampus, atau ya diam di kos
saja merenung masa depan. Sebuah perjalanan yang harus dicoba dan dijalani,
karena pasca menjadi mahasiswa jalanan aku harus memulai kehidupanku dari nol
lagi karena anggapan orang itu bermacam-macam tak mudah untuk merubahnya.
Ketika sebuah label telah terpasang maka akan sulit untuk mencopot dan
menghilangkan bekasnya.
Dipilihanku
yang kedua ini, aku harapkan tidak akan terjadi kegagalan dimanapun walau
akhirnya disitu bukan pilihan yang utama. Setiap perjalanan pasti akan
menemukan hambatan yang pasti kita bisa melewatinya, sederhana jangan pernah
menyerah ditengah jalan selama hatimu masih disitu, jangan pernah merasa sedih
ketika dirimu terluka untuk menggapainya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar